Thursday, 30 May 2013

Kisah Ali Akbar : Sang Pahlawan Muda

Sebenarnya Ali Akbar memang tidak tepat dikatakan sebagai sahabat Nabi Saw, karena beliau sesungguhnya adalah cicit Rasulullah. Ayah Ali Akbar adalah Al-Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah. Namun kepahlawanan yang ditunjukkan Ali Akbar tidak kalah dengan yang ditunjukkan para sahabat Nabi yang memang dibimbing dan dipimpin langsung oleh Rasulullah sendiri. Kisah Ali Akbar ditampilkan untuk menunjukkan bahwa orang muda pun bisa berprestasi setinggi langit.

Kepahlawanan remaja belasan tahun cicit Rasulullah Saw ini menjadi terkenal dan sekaligus berakhir di suatu padang datar bernama Karbala. Saat itu Ali Akbar menyertai ayahnya, Al-Husein bin Ali dan keluarganya yang lain dalam rombongan kecil berjumlah 72 orang. Di tempat itu mereka dikepung oleh 4.000 orang tentara pimpinan Ubaidilah bin Ziyad. Karena tak sudi menyerah, rombongan kecil itu melawan. Maka terjadilah pertempuran yang tak seimbang di Padang Karbala di mana seluruh laki – laki dewasa dalam rombongan kecil itu habis dibantai.

Sebenarnya Al-Husein meminta, bahkan menyuruh seluruh anggota rombongannya pulang karena beliau tahu tak ada orang yang diinginkan pasukan musuh kecuali dirinya. Namun tak satu pun dari mereka yang sudi meninggalkan Husein putra Fatimah Az-Zahra binti Muhammad Rasulullah seorang diri. Maka semuanya bertekad mempertahankannya.

Sebelum pertempuran, Ali Akbar bertanya, “Bukankah kita berada di atas kebenaran, wahai Ayah?”
Husein mengangguk, “Ya, Demi Allah, Tuhan yang jiwa kita berada di Tangan-Nya.”
Mata Ali berbinar ketika ia berkata, “Kalau begitu, Demi Allah, kita tidak boleh mundur.”
Sebentar kemudian pertempuran pecah. Ali Akbar bertarung dengan semangat jihad yang memberinya kekuatan besar. Rasanya tak mungkin kekuatan itu muncul dari diri seorang remaja. Dalam jeda pertempuran, Ali Akbar berkata pada ayahnya, “Wahai ayah, aku haus sekali.”

Dengan penuh haru, Al-Husein menjawab, “Bersabarlah, Nak. Tidak lama lagi, kakekmu, Rasulullah Saw, akan memberimu minum dari gelasnya di surga.”

Mendengar itu, rasa haus Ali Akbar seolah lenyap. Ia kembali bertarung dengan luar biasa sampai akhirnya syahid dengan sebatang panah mencapap di dada dan tubuh luka oleh puluhan tebasan pedang.

Ketika Ali Akbar gugur, Husein memeluk tubuh putranya dengan penuh haru. Ia berkata, “Oh anakku, mereka sungguh lancang kepada Allah dan Rasul-Nya. Anakku, semoga Allah membunuh mereka yang membunuhmu. Sudahkah kakekmu Rasulullah memberimu minum dari gelasnya?”
 
-----------------------------------------------------
Sumber

No comments:

Post a Comment