Kisah Ali Akbar : Sang Pahlawan Muda
Sebenarnya
Ali Akbar memang tidak tepat dikatakan sebagai sahabat Nabi Saw, karena
beliau sesungguhnya adalah cicit Rasulullah. Ayah Ali Akbar adalah
Al-Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah. Namun kepahlawanan
yang ditunjukkan Ali Akbar tidak kalah dengan yang ditunjukkan para
sahabat Nabi yang memang dibimbing dan dipimpin langsung oleh Rasulullah
sendiri. Kisah Ali Akbar ditampilkan untuk menunjukkan bahwa orang muda
pun bisa berprestasi setinggi langit.
Kepahlawanan remaja
belasan tahun cicit Rasulullah Saw ini menjadi terkenal dan sekaligus
berakhir di suatu padang datar bernama Karbala. Saat itu Ali Akbar
menyertai ayahnya, Al-Husein bin Ali dan keluarganya yang lain dalam
rombongan kecil berjumlah 72 orang. Di tempat itu mereka dikepung oleh
4.000 orang tentara pimpinan Ubaidilah bin Ziyad. Karena tak sudi
menyerah, rombongan kecil itu melawan. Maka terjadilah pertempuran yang
tak seimbang di Padang Karbala di mana seluruh laki – laki dewasa dalam
rombongan kecil itu habis dibantai.
Sebenarnya Al-Husein
meminta, bahkan menyuruh seluruh anggota rombongannya pulang karena
beliau tahu tak ada orang yang diinginkan pasukan musuh kecuali dirinya.
Namun tak satu pun dari mereka yang sudi meninggalkan Husein putra
Fatimah Az-Zahra binti Muhammad Rasulullah seorang diri. Maka semuanya
bertekad mempertahankannya.
Sebelum pertempuran, Ali Akbar bertanya, “Bukankah kita berada di atas kebenaran, wahai Ayah?”
Husein mengangguk, “Ya, Demi Allah, Tuhan yang jiwa kita berada di Tangan-Nya.”
Mata Ali berbinar ketika ia berkata, “Kalau begitu, Demi Allah, kita tidak boleh mundur.”
Sebentar kemudian pertempuran pecah. Ali Akbar bertarung dengan
semangat jihad yang memberinya kekuatan besar. Rasanya tak mungkin
kekuatan itu muncul dari diri seorang remaja. Dalam jeda pertempuran,
Ali Akbar berkata pada ayahnya, “Wahai ayah, aku haus sekali.”
Dengan penuh haru, Al-Husein menjawab, “Bersabarlah, Nak. Tidak lama
lagi, kakekmu, Rasulullah Saw, akan memberimu minum dari gelasnya di
surga.”
Mendengar itu, rasa haus Ali Akbar seolah lenyap. Ia
kembali bertarung dengan luar biasa sampai akhirnya syahid dengan
sebatang panah mencapap di dada dan tubuh luka oleh puluhan tebasan
pedang.
Ketika Ali Akbar gugur, Husein memeluk tubuh putranya
dengan penuh haru. Ia berkata, “Oh anakku, mereka sungguh lancang kepada
Allah dan Rasul-Nya. Anakku, semoga Allah membunuh mereka yang
membunuhmu. Sudahkah kakekmu Rasulullah memberimu minum dari gelasnya?”
-----------------------------------------------------
No comments:
Post a Comment